Bisnis Online
MASALAH
SOSIAL PENGANGGURAN
Membicarakan masalah pengangguran, maka
pada umumnya orang akan mengidentikkan dengan sebuah personifikasi orang yang
lontang lantung tanpa memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun keluarganya. Sebuah predikat yang
dibentuk dan dilekatkan kepada seseorang yang tidak memiliki pekerjaan sebagai
penganggur memang tidaklah salah, akan tetapi jika dilihat dari sisi orangnya
hal tersebut bukanlah sebuah tujuan untuk menjadi seorang pengangguran.
Pengangguran adalah sebuah akibat dari minimnya lapangan kerja di satu sisi dan
rendahnya bekal keterampilan (skill) yang dimiliki seseorang pada sisi yang
lain.
Pengangguran dapat didefinisikan
sebagai sebuah kondisi seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang
mencari pekejaan., pengangguran di definisikan sebagai ketidak mampuan angkatan
kerja (labor forcé) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan
mereka inginkan. Secara paralel, tingginya angka pengangguran memiliki
sumbangan positif terhadap tingginya angka kemiskinan. Begitu pula angka
kemiskinan yang tinggi juga dapat menyumbang tingginya penyimpangan sosial
seperti tindak kejahatan, perkosaan, prostitusi, narkoba, gelandangan dan
pengemis.
Pengangguran terjadi dimana-mana,baik dinegara maju maupun
di Negara yang sedang berkembang di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ada
berbagai penyebab terjadinya penganggura, antara lain:
1. Keterbatasan jumlah
lapangan kerja, sehingga tidak mampu menampung seluruh para pencari kerja.
2. Keterbatasan
kemampuan yang dimiliki para pencari kerja, sehingga para pencari kerja tidak
mampu mengisi lowongan kerja karena tidak memenuhi persyaratan kemampuan dan
keterampilan yang diperlukan.
3. Keterbatasan
informasi, yakni tidak memiliki informasi dunia usaha mana yang memerlukan
tenaga kerja serta persyaratan apa yang diperlukan .
4. Tidak meratanya
lapangan kerja. Daerah perkotaan banyak tersedia lapangan pekerjaan sedangkan
di pedesaan sangat terbatas. Akibatnya terjadi urbanisasi.
5. Kebijakan pemerintah yang tidak tepat,
yakni pemerintah belum mampu mendorong perluasan dan pertumbuhan sector modern.
Pertumbuhan dan perluasan sector modern membutuhkan adanya investasi yang besar
untuk mendukungnya, sehingga jika pemerintah belum mampu menarik investor yang
besar maka pertumbuhan dan perluasannya akan terbatas.
6. Rendahnya upaya
pemerintah untuk melakukan pelatiha kerja guna meningkatkan skill para pencari
kerja. Akan tetapi di tahun-tahun sekarang sudah banyak balai latihan
kerja(BLK) yang berdiri di daerah-daerah untuk meningkatkan keterampilan para
pencari kerja.
Pengangguran
merupakan masalah yang selalu hampir ada dalam setiap perekonomian. Secara
umum, pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor
force) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan. Dengan kata lain pengangguran merujik pada situasi atau keadaan
dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja.
Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah pengangguran, yaitu:
Pertama, pemerintah hendaknya menyalin kerjasama dengan swasta
untuk mencari
jalan keluar yang lebih baik. Hal ini dikarenakan swasta mempunyai dan untuk
menggerakkan investasi. Investasi akan terjadi jika investor memiliki kepastian
“keamanan” atas dana yang diinvestasikan tersebut, sehingga pemerintah harus
mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk berusaha.
Kedua, alternatif yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi jumlah pengangguran
yang terus meningkat itu antara lain, pembenahan sektor pendidikan.
Ketidaksesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja berakibat
kurang terserapnya angkatan kerja yang terdidik di pasar kerja. Angkatan kerja
memerlukan tambahan ketrampilan untuk dapat lebih cepat terserap di pasar
kerja. Bentuk tanbahan ketrampilan itu berupa keahlian yang bersifat aplikatif
yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti keahlian komputer, bahasa asing,
perbengkelan, dan bentuk ketrampilan yang spesifik lainnya.
Ketiga, pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta
pada berbagai
bidang yang memiliki prospek perkembangan. Sudah saatnya mengubah stigma yang
ada di masyarakat bahwa setelah mendapatkan pendidikan formal, maka ukuran
keberhasilannya adalah mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan atau pegawai.
Dengan dorongan dan bekal kewiraswastawaan, maka akan tercipta
kesempatan-kesempatan kerja baru sehingga secara simultan mendorong
perekonomian secara keseluruhan.
Keempat, mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya
pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang
tinggi pula.
Dari berbagai alternatip di atas yang menjadi solusi permasalahan yang paling
tepat adalah dengan cara berwiraswasta.Mengapa demikian karena Selama orang
masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran
akan tetap menjadi masalah pelik.Berwiraswasta
adalah seseorang yang dapat melihat adanya peluang kemudian menciptakan
sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Kewirausahaan adalah
sikap, jiwa, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat
bemilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan
sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa
dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu
ke waktu, hari ke hari, minggu ke minggu selalu mencari
peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi
dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua
peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan
peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan
kehidupannya.
Selain itu bukan tidak mungkin seorang wirausaha juga tidak
memiliki resiko.kemungkinan resiko-resiko yang terjadi pada seorang wirausaha
adalah
1. Kehilangan modal
baik yang sudah ditanam dan akan ditanamkan ke dalam perusahaan
2. Kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, di masa sekarang ataupun masa depan
3. Kehilangan mata
pencaharian untuk menutupi kebutuhan sehari-har
4. Kehilangan kendali
atas kekuasaan yang selama ini dimilikinya (decision-making) karena ada
pengalihan gaya bisnis keluarga menjadi gaya bisnis profesional
5. Kehilangan
kepercayaan – pada diri sendiri dan pada orang lain
6. Kehilangan
motivasi untuk berjuang
Keluhan-keluhan
seperti yang disebutkan di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika para
wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan
pengembangan perusahaan dibuat.
Dalam masalah sosial pengagguran proses evaluasi sangatlah di
perlukan setelah di ambilnya sebuah keputusan,karena kita akan mampu
mengevaluasi terhadap resiko-resiko yang kemungkinan akan muncul setelah adanya
keputusan itu di ambil.
Utuk tercapainya sebuah tujuan terkadang sub system harus ada
yang di arahkan atau bahkan di korbankan, dalam suatu pilihan yang telah di
tetapkan. tujuannya agar sebuah keputusan dapat tercapai sesuai rencana yang
telah di tetapkan.sehingga jika tejadinya penyimpangan atau
kemungkinan-kemungkinan buruk dapat terevaluasi secara cepat,tepat dan efisien.
0 komentar:
Posting Komentar